Tu(m)buh


   Lahir di tahun 1993, namun hidup saya di mulai tepat di tahun 2021 lalu. Saya terlahir sebagai anak Tunggal, segala aktivitas dan mimpi saya diatur oleh waktu yang ditetapkan Mama saat itu. Tidak ada kata menyesal untuk semua ini, justru jalan hidup inilah yang membuat hitam-putih hidup saya menjadi lebih berwarna. Di awal tahun 2023 ini saya ingin memulai rutinitas baru dan mengukur sejauh mana saya bisa berjalan jauh dari Comfort Zone. Inilah paragraf pertama saya di tahun 2023. 

Kamis, 18 Februari 2021 tepatnya Pukul 09.35 WIB, Mama berpulang ke Rahmatullah. Meninggalkan rumah kami, Bapak dan saya seorang diri, tentu "Kepergiannya" ini bukan kali pertama bagi kami. Mengapa ?  Mama adalah seorang Pengajar, sebagai seorang PNS beliau seringkali melakukan perjalanan Dinas keluar kota hingga berhari-hari. Kami sendiri jadi terbiasa, namun kali ini kepergian Mama berbeda dari sebelumnya, Mama pergi meninggalkan rumah dan tidak akan pernah pulang.

Jika ada kalimat "..waktu seakan berhenti" mungkin benar adanya, saat itu seluruh tubuh saya gemeter bukan main, waktu rasanya terhenti, namun kenapa jantung saya masih berdetak, padahal saya menyaksikan langsung bagaimana Allah mengambil kembali Ruh yang Dia titipkan pada Mama selama ini. Perempuan yang saya cintai dari ujung kaki hingga kepala, perempuan keras kepala yang bisa mengalah untuk saya, saya baru menyadari bahwa Mama ternyata adalah Separuh Nyawa saya. Jangan dibayangkan, bagaimana selanjutnya saya dan Bapak setelah Mama berpulang. Semua hal baru kami lakukan untuk pertama kalinya, banyak hal tentang Mama yang baru saya ketahui setelah Beliau tiada. 

   Beberapa hal yang selama ini Beliau lakukan tanpa saya tahu adalah Kebaikan. Mama selama ini selalu menyisihkan sebagian Gaji nya untuk patungan dengan Rekan Guru nya, demi membiayai salah seorang Anak koleganya di tempatnya mengajar agar bisa bersekolah hingga Kuliah. Lalu, bagaimana saya tahu ? Malam itu, Anak tersebut datang ber-Takziyah ke rumah kami, sambil menangis ia mengucapkan Terima kasih atas kebaikan Mama hingga ia bisa berkuliah saat itu. Ada banyak cerita manis yang saya dapat dari Rekan-rekan Guru Mama di sekolah, bagaimana Mama ketika mengajar, ketika berbagi jajanan, ketika Beliau marah, saya baru menyadari, Berkat paling indah dalam hidup saya adalah terlahir dari seorang Ibu yang menghidupi saya dengan kekurangannya.
Menulis hal ini pun saya masih gemetar karena harus mengingat kembali Memori ini. "Terima kasih, Mah, saya harap Rahmat Allah selalu menyertai perjalananmu disana. Aamin."

2 (dua) tahun sudah kami berpisah, beradaptasi dengan situasi baru, selalu mencoba lebih berani dari hari sebelumnya adalah hari-hari kami yang baru. Hubungan saya dan Bapak sedikit demi sedikit mulai membaik, bukankah Beliau sekarang adalah orangtua saya satu-satunya ? Sekarang Beliau lah Surga saya. Dari berpulangnya Mama, saya merasa tumbuh, dari tunas kecil hingga bermimpi menjadi Pohon yang rindang. Saya bersyukur, ada benih kebaikan Mama tinggalkan dalam DNA saya ini. Sampai jumpa lagi, Mah, Bidadari Surga.

                                                                           💮💮

Comments